A. PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM KEILMUAN
Sebelum sampai pada pembahasan tentang berbagai teori dan model dalam ilmu komunikasi, ada baiknya apabila kita terlebih dahulu membahas mengenai pendekatan-pendekatan atau pandangan-pandangan dalam keilmuan yang berlaku di kalangan masyarakat akademis. Hal ini penting karena pandangan-pandangan tersebut merupakan kerangka dasar dari berbagai teori dan model yang ada dalam ilmu komunikasi.
Menurut Littlejohn, dalam bukunya Theories of Human Communication (diterbitkan dalam beberapa edisi: tahun 1989,1995,2002), secara umum dunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam 3 (tiga) kelompok atau aliran pendekatan. Ketiga kelompok tersebut adalah pendekatan scientific (ilmiah-empiris), pendekatan humanistic (humaniora interpretative), serta pendekatan social sciences (ilmu-ilmu social).
Aliran pendekatan scientific umumnya berlaku dikalangan para ahli ilmu-ilmu eksakta,seperti fisika,biologi,kedokteran,matematika,dan lain-lain. Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektifitas. Objektifitas yang dimaksud di sini adalah objektifitas yang menekankan prinsip standarisasi observasi dan konsistensi.
Ciri utaman lainnya dari kelompok pedekatan ini adalah adanya pemisahan yang tegas antara know (objek atau hal yang ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku/pencari pengetahuan atau pengamat.
Prosedur yang umum dilakukan adalah dengan cara memberikan atau mengadakan suatu perlakuan khusus kepada objek yang diteliti serta meneliti dampak dan pengaruhnya. Sebagai contoh: lima ekor tikus di berikan suntikan X, sementara lima ekor tikus lainya (yang mempunyai cirri yang sama) tidak. Setelah kurun waktu tertentu (misalnya setelah 1 bulan ,3 bulan, dan seterusnya), dibandingkan ada tidaknya perbedaan diantara kedua kelompok lima ekor tersebut.
Melalui metode ini, sipeneliti dalam mengamati sikap dan prilaku orang-orang yang ditelitinya. Misalnya: bergaul dan tinggal dirumah orang-orang tersebut, dalam aktifitas sehari-hari mereka dalam kurun waktu tertentu (1 minggu, 1 bulan ,dan seterusnya).
Pandangan klasik dari aliran humanistic adalah bahwa cara pandang seseorang tentang sesuatu hal akan menentukan penggambaran dan uraianya tentang hal tersebut.
Dipergunakannya dua pendekatan “scientific” dan “humanistic” yang masing-masing berbeda prinsip ini, adalah karena yang menjadi objek studi dalam ilmu pengetahuan social adalah kehidupan manusia. Untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan pengamatan yang cermat dan akurat. Sementara itu pendekatan-pendekatan “humanistic” juga banyak diterapkan dalam penelitian tentang masalah-masalah komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa. Dan lain-lain
Pengertian tentang Ilmu dan Teori Komunikasi
Pengertian mengenai ilmu komunikasi, pada dasarnya mempunyai karakteristik yang sama dengan pengertian ilmu secara umum sebagai mana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Hanya saja objek perhatianya difocuskan pada peristiwa-peristiwa komunikasi antar manusia. Salah satu devinisi yang cukup jelas mengenai ilmu komunikasi diberikan oleh Berger dan Caffee dalam buku mereka Handbook of comunikation Science terbitan tahun 1987
Secara umum istilah teori dalam ilmu social mengandung berbagai pengertian sebagai berikut.
1. Teori adalah abstraksi dari realitas
2. Teori terdiri dari sekumpulan prinsip-prinsip dan devinisi-devinisi yang secara konseptual mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis.
3. Teori terdiri dari asumsi-asumsi, proposisi-proposisi, dan aksioma-aksioma dasar yang saling berkaitan.
4. Teori terdiri dari teorema-teorema, yakni generalisasi-generalisasi yang diterima/ terbukti secara empiris.
Sifat dan tujuan teori, menurut Abraham Kaplan (1964), adalah bukan semata untuk menemukan fakta, mengorganisasikan serta merepresentasikan fakta tersebut. Suatu teori harus sesuai dengan dunia ciptaan Tuhan, dalam arti dunia yang sesuai dengan cirri yang dimilikinya sendiri.
Tradisi-tradisi Dalam Ilmu Komunikasi
Dalam ilmu komunikasi, penelitian terhadap gejala-gejala atau realitas komunikasi telah berkembang sejak lama sehingga dalam ilmu komunikasi dikenal tradisi-tradisi yang unik. Seorang Profesor komunikasi Universitas Colorado, Robert Craig, telah memetakan tujuh (7) bidang tradisi dalam teori komunikasi yang disebut sebagai 7 tradisi dalam Griffin(2000:22-35) , yakni :
1. Tradisi Sosio-Psikologi (komunikasi merupakan pengaruh antarpribadi)
Tradisi ini mewakili perspektif objektif/scientific. Penganut tradisi ini percaya bahwa kebenaran komunikasi bisa ditemukan melalui pengamatan yang teliti dan sistematis. Tradisi ini mencari hubungan sebab-akibat yang dapat memprediksi kapan sebuah perilaku komunikasi akan berhasil dan kapan akan gagal. Adapun indikator keberhasilan dan kegagalan komunikasi terletak pada ada tidaknya perubahan yang terjadi pada pelaku komunikasi. Semua itu dapat diketahui melalui serangkaian eksperimen.
Salah satu tokoh tradisi ini adalah Carl I Hovland, seorang ahli psikologi yang sekaligus peletak dasar-dasar penelitian eksperimen yang berkaitan dengan efek-efek komunikasi. Penelitiannya berupaya:
a. Menjadi peletak dasar proposisi empirik yang berkaitan dengan hubungan antara stimulus komunikasi, kecenderungan audiens dan perubahan opini.
b. Memberikan kerangka awal untuk membangun teori berikutnya.
Menurut Ilmuwan Yale ini dalam formula who says what to whom with what effect, ada tiga variabel yang memiliki sifat persuasive, yakni:
a. Who—sumber pesan.
b. What—isi pesan.
c. Whom—karakteristik audiens.
Efek utama yang diukur adalah perubahan pendapat yang dinyatakan melalui skala sikap yang diberikan sebelum dan pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Jadi perhatian penting dalam tradisi ini antara lain perihal pernyataan, pendapat(opini), sikap, persepsi, kognisi, interaksi dan efek (pengaruh).
2. Tradisi Cybernetic (komunikasi sebagai pemrosesan informasi)
Ide komunikasi sebagai pemrosesan informasi pertama kali dikemukakan oleh ahli matematik, Claude Shannon. Karyanya, Mathematical Theory Communication diterima secara luas sebagai salah satu benih yang keluar dari studi komunikasi. Teori ini memandang komunikasi sebagai transmisi pesan. Karyanya berkembang selama Perang Dunia kedua di Bell Telephone Laboratories di AS. Eksperimennya dilakukan pada saluran kabel telepon dan gelombang radio bekerja dalam menyampaikan pesan. Meski eksperimennya sangat berkaitan dengan masalah eksakta, tapi Warren Weaver mengklaim bahwa teori tersebut bisa diterapkan secara luas terhadap semua pertanyaan tentang komunikasi insani (human communication). Jadi dalam tradisi ini konsep-konsep penting yang dikaji antara lain pengirim, penerima, informasi, umpan balik, redudancy, dan sistem. Walaupun dalam tradisi ini seringkali mendapat kritik terutama berkenaan dengan pandangan asumtif yang cenderung menyamakan antara manusia dengan mesin dan menganggap bahwa suatu realitas atau gejala timbul karena hubungan sebab akibat yang linier.
3. Tradisi Retorika (komunikasi sebagai ilmu bicara yang sarat seni)
Ada enam keistimewaan yang mencirikan tradisi ini:
a. Keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia dari binatang.
b. Ada kepercayaan bahwa pidato publik yang disampaikan dalam forum demokrasi adalah cara yang lebih efektif untuk memecahkan masalah politik.
c. Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang pembicara mencoba mempengaruhi seorang audiens dari sekian banyak audiens melalui pidato yang jelas-jelas bersifat persuasive. Public speaking pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah.
d. Pelatihan kecakapan pidato adalah dasar pendidikan kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mampu menciptakan argumen-argumen yang kuat lalu dengan lantang menyuarakannya.
e. Menekankan pada kekuatan dan keindahan bahasa untuk menggerakkan orang banyak secara emosional dan menggerakkan mereka untuk beraksi/bertindak. Pengertian Retorika lebih merujuk kepada seni bicara daripada ilmu berbicara.
f. Sampai tahun 1800-an, perempuan tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan haknya. Jadi retorika merupakan sebuah keistimewaan bagi pergerakan wanita di Amerika yang memperjuangkan haknya untuk bisa berbicara di depan publik.
4. Tradisi semiotic (komunikasi sebagai proses membagi makna melalui tanda)
Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Sebuah tanda adalah sesuatu yang menunjukkan sesuatu yang lain. Contohnya asap menandai adanya api. sebagai suatu hubungan antara lima istilah berikut ini:
Lebih lanjut Pawito(2007:23) menyatakan dalam tradisi lebih memusatkan pada perhatian lambang-lambang dan simbol-simbol, dan memandang komunikasi sebagai suatu jembatan antara dunia pribadi individu-individu dengan ruang di mana lambang-lambang digunakan oleh individu-individu untuk membawa makna-makna tertentu kepada khalayak. Sehingga dalam tradisi ini memungkinkan bahwa individu-individu akan memaknai tanda-tanda secara beragam.
5. Tradisi Socio Kultural (Komunikasi sebagai penciptaan dan pembuatan realitas sosial)
Premis tradisi ini adalah ketika orang berbicara, mereka sesungguhnya sedang memproduksi dan memproduksi kembali budaya. Sebagian besar dari kita beranggapan bahwa kata-kata mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi. Pandangan kita tentang realitas dibentuk oleh bahasa yang telah kita gunakan sejak lahir. Ahli bahasa Universitas Chicago, Edwar Sapir dan Benyamin Lee Whorf adalah pelopor tradisi sosio cultural. Hipotesis yang diusungnya adalah struktur bahasa suatu budaya menentukan apa yang orang pikirkan dan lakukan. Dapat dibayangkan bagaimana seseorang menyesuaikan dirinya dengan realitas tanpa menggunakan bahasa, dan bahwa bahasa hanya semata-mata digunakan untuk mengatasi persoalan komunikasi atau refleksi tertentu. Hipotesis ini menunjukkan bahwa proses berpikir kita dan cara kita memandang dunia dibentuk oleh struktur gramatika dari bahasa yang kita gunakan. Secara fungsional, bahasa adalah alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Bahasa diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata tersebut sering diberi arti arbiter (semaunya). Contoh; terhadap buah pisang, orang sunda menyebutnya cau dan orang jawa menyebutnya gedang. Secara formal, bahasa adalah semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan bahasa. Setiap bahasa dapat dikatakan mempunyai tata bahasa/ grammarnya tersendiri. Contoh: sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia yang berbunyi “dimana saya dapat menukar uang ini?”, maka akan ditulis dalam bhasa Inggris “where can I Change some money?”
6. Tradisi Kritis (komunikasi adalah refleksi penolakan terhadap wacana yang tidak adil).
Tiga asumsi dasar tradisi kritis:
a. Menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretif. Ilmuwan kritis menganggap perlu untuk memahami pengalaman orang dalam konteks.
b. Mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usahanya mengungkap struktur-struktur yang seringkali tersembunyi
Istilah teori kritis berasal dari kelompok ilmuwan Jerman yang dikenal dengan sebutan “Frankfurt School”. Para teoritisinya mengadopsi pemikiran Marxis. Kelompok ini telah mengembangkan suatu kritik sosial umum, di mana komunikasi menjadi titik sentral dalam prinsip-prinsipnya. Sistem komunikasi massa merupakan focus yang sangat penting di dalamnya. Tokoh-tokoh pelopornya adalah Max Horkheimer, Theodore Adorno serta Herbert Marcuse. Pemikirannya disebut dengan teori kritis. Ketika bangkitnya Nazi di Jerman, mereka berimigrasi ke Amerika. Di sana mereka menaruh perhatian besar pada komunikasi massa dan media sebagai struktur penindas dalam masyarakat kapitalistik, khususnya struktur di Amerika. Teori kritis menganggap tugasnya adalah mengungkap kekuatan-kekuatan penindas dalam masyarakat melalui analisis dialektika. Teori kritis juga memberikan perhatian yang sangat besar pada alat-alat komunikasi dalam masyarakat. Komunikasi merupakan suatu hasil dari tekanan antara kreativitas individu dalam memberi kerangka pesan dan kendala-kendala sosial terhadap kreativitas tersebut. Salah satu kendala utama pada ekspresi individu adalah bahasa itu sendiri. Kelas-kelas dominan dalam masyarakat menciptakan suatu bahasaa penindasan dan pengekangan, yang membuat kelas pekerja menjadi sangat sulit untuk memahami situasi mereka dan untuk keluar dari situasi tersebut. Kewajiban dari teori kritis adalah menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru yang memungkinkan diruntuhkannya paradigma dominan. Hal itulah yang diungkapkan oleh Jurgen Habermas, tokoh terkemuka kelompok Franfurt School di era berikutnya. Habermas menaruh perhatian khusus pada dominasi kepentingan teknis dalam masyarakat kapitalis kontemporer. Dalam masyarakat seperti itu, public dan swasta terjalin sampai pada tingkat di mana sector public tidak mampu mempertahankan diri terhadap penindasan kepentingan teknis swasta. Idealnya, public dan swasta seimbang, dan sector public harus cukup kuat untuk memberikan suatu iklim bagi kebebasan gagasan dan debat. Dari bahasan tersebut, jelaslah bahwa Habermas menilai komunikasi sangat penting bagi pembebasan. Bahasa sendiri merupakan hal pokok bagi kehidupan manusia, dan bahasa menjadi alat di mana kepentingan pembebesan dapat dipenuhi. Karenanya, kompetensi komunikasi diperlukan untuk partisipasi yang efektif dalam pengambilan keputusan.
7. Tradisi Fenomenologi (Komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain melalui dialog)
Meski fenomenologi adalah sebuah filosofi yang mengagumkan, pada dasarnya menunjukkan analisis terhadap kehidupan sehari-hari. Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya. Bagi seorang fenomenologis, cerita kehidupan seseorang lebih penting daripada axioma-axioma komunikasi. Seorang psikologis, Carl Rogers percaya bahwa kesehatan kliennya akan pulih ketika komunikasinya menciptakan lingkungan yang nyaman baginya untuk berbincang. Dia menggambarkan tiga kondisi yang penting dan kondusif bagi perubahan suatu hubungan dan kepribadian, yakni:
a. Kecocokan/kesesuaian, adalah kecocokan antara perasaan dalam hati individu dengan tampilan luar . Orang yang tidak memiliki kecocokan akan mencoba mempengaruhi, bermain peranan, sembunyi di balik suatu tedeng aling-aling.
b. Hal positif yang tidak bersyarat, adalah sebuah sikap penerimaan yang bukan merupakan kesatuan dalam penampilan.
c. Pemahaman empatik.
Perkembangan Ilmu Komunikasi
Komunikasi merupakan satu dari disiplin-disiplin yang paling tua tetapi yang paling baru. Orang Yunani kuno melihat teori dan praktek komunikasi sebagai sesuatu yang kritis. Popularitas komunikasi merupakan suatu berkah (a mixed blessing).Teori-teori resistant untuk berubah bahkan dalam berhadapan dengan temuan-temuan yang kontradiktif. Komunikasi merupakan sebuah aktifitas, sebuah ilmu social, sebuah seni liberal dan sebuah profesi. Menurut Ruben&Steward (1998:18-37) perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. STUDI KOMUNIKASI AWAL
Sebenarnya sangat sulit untuk mendeteksi kapan dan bagaimana pertama kali dipandang sebagai faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan sejarah, komunikasi diekspresikan dan berperan dalam kehidupan manusia yaitu pada abad 5 SM dalam tulisan klasik bangsa Mesir dan Babilonia dan essay dari Hommer yang berjudul Iliad pada abad 3000 SM. Pada tahun 2675 SM melalui ‘The Precepts” adalah berisi panduan komunikasi efektif. Dan juga tampak pada kitab perjajnjian lama (Bible) ketika Tuhan bersabda :Let there be light:and there was light. Dan juga pada masayarakat Yunani yang melakukan kehidupan demokratis dengan komunikasi oral.
sumber: Teori komunikasi/ Sasa Djuarsa Sendjaja,Ph.D. dan Catatan Sawali Tuhustya
image/unduh/google.
arief.relation
Kamis, 01 Maret 2012
Selasa, 22 November 2011
Komunikasi Dan Budaya
Istilah kebudayaan berasal dari kata sansekerta Buddayah sebagai bentuk jamak dari Buddhi yg berarti “budi” atau “akal”. Maka kebudayaan dapat diartikan “hal – hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”. Bahasa Inggrisnya adalah culture yg berasal dari kata latin colere artinya “mengolah, mengerjakan” atau “sebagai segala daya dan usaha manusia untuk mengubah alam”.
Peranan Kebudayaan dalam Kehidupan Manusia
Salah satu wujud kebudayaan ideal yg berfungsi mengatur, mengendalikan, dan mengarahkan tingkah laku masyarakatnya. Jadi fungsi kebudayaan adalah memberikan tuntutan dan tuntunan kepada masyarakatnya. Budaya menuntun masyarakat untuk bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat, dan menuntunnya jika menyimpang dari norma – norma sosial yg berlaku.
Dalam studi kebudayaan memang dikenal adanya istilah “harapan budaya” (culture expectation), yakni harapan masyarakat dari suatu kebudayaan kepada para anggotanya untuk bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat yg berlaku.
Pengaruh Kebudayaan dalam Komunikasi
Keberhasilan komunikasi ditentukan oleh kemampuan komunikasi memberi makna terhadap pesan yg diterimanya. Semakin besar kemampuan komunikasi memberi makna pada pesan yg diterimanya, semakin besar pula kemungkinan komunikasi memahami pesan tersebut.
Komunikasi pada prinsipnya memang merupakan proses penafsiran atau pemberian makna terhadap pesan – pesan. Sebelum mengirim pesan tersebut, komunikan mengolah pesan dan menafsirkannya, apakah makna yg dikandung pesan tersebut telah memenuhi tujuan komunikator dalam penyampaian maksudnya.
Komunikasi berfungsi sebagai alat untuk meneruskan warisan budaya berupa nilai – nilai, norma, dan keyakinan yg dianut dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar orang – orang yg mempunyai latar belakang budaya yg berbeda. Perbedaan budaya tersebut terdapat mulai dari tingkat individu, kelompok sosial, etnis/ras, Negara, hingga dunia.
Bentuk komunikasi antar budaya:
1. Komunikasi antar budaya
2. Komunikasi antar ras yg berbeda atau komunikasi antar etnis
3. Komunikasi antar kelompok agama yg berbeda
4. Komunikasi antar bangsa yg berbeda (Komunikasi Internasional)
5. Komunikasi antar subkltur yg berbeda
6. Komunikasi antara subkultur dan kultur yg dominan
7. Komunikasi antar jenis kelamin
Komunikasi dan Budaya Menurut Penulis Heru Sutadi
Komunikasi dan budaya secara timbal balik saling berpengaruh satu sama lain. Budaya dimana secara individu-individu disosialisasikan, akan berpengaruh terhadap cara mereka dalam berkomunikasi. Dan cara bagaimana individu-individu itu berkomunikasi, dapat mengubah budaya yang mereka miliki dari waktu ke waktu. Hanya saja, kebanyakan analisis tentang komunikasi antarpribadi mengabaikan hubungan ini dan aspek budaya menjadi kosong dalam studi komunikasi. Sebaliknya, studi-studi tentang komunikasi lintas budaya, menguji pengaruh budaya terhadap komunikasi. Kebanyakan analisis tentang komunikasi lintas budaya membandingkan dan mempertentangkan pola-pola komunikasi dari berbagai macam budaya (Gudykunst & Ting-Toomey, 1988).Budaya
Ada banyak definisi tentang budaya (lihat Kroeber & Kluckhon, 1952), namun tidak ada sebuah konsensus terhadap suatu defenisi. Konsep bahwa budaya dapat dilihat sebagai segala sesuatu yang dibuat oleh manusia (Herskovits, 1955) atau sebagai sebuah sistem makna yang dimiliki bersama (Geerzt, 1973), hanya merupakan dua kemungkinan konseptualisasi. Budaya juga telah disamakan dengan komunikasi. Hall (1959), menyakini bahwa “budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya” (hal 169). Birdwhistell (1970) mengambil posisi yang sedikit berbeda, budaya dan komunikasi merupakan istilah yang mempresentasikan dua pandangan yang berbeda atau metode representasi dan keterhubungan yang terpola dan terstruktur. Sebagai “budaya” fokusnya terletak pada struktur, sebagai “komunikasi” fokusnya terletak pada proses (hlm. 318).
Keesing (1974) mengisolasikan dua pendekatan utama untuk mengidentifikasikan budaya, yaitu budaya sebagai sistem yang adaptif dan budaya sebagai sistem yang ideal. Bagi orang yang melihat budaya sebagai hal yang adaptif, mereka memiliki kecenderungan untuk melihat budaya sebagai hal yang menyatukan orang-orang untuk sistem ekologi dimana mereka hidup. Harris (1968), misalkan, berpendapat bahwa budaya menurun kepada pola prilaku yang diasosiasikan dengan kelompok orang tertentu, yaitu untuk “kebiasaan” atau untuk “prinsip hidup” seseorang. Para teoritis budaya yang berpandangan seperti ini, melihat budaya sebagai perkembangan menuju keseimbangan.
Teori-teori ideal dari budaya memandang budaya sebagai sistem kognitif atau sistem simbolik. Goodenough (1961) berpendapat, budaya “terdiri dari standar-standar untuk memutuskan apakah sesuatu itu, untuk memutuskan apa yang dapat, untuk memutuskan apa yang dirasakan seseorang mengenai hal tersebut, untuk memutuskan apa yang harus dilakukan mengenai hal itu dan untuk memutuskan bagaimana caranya melakukan sesuatu itu“ (hlm. 522). Geerzt (1966) sebagai salah satu dari pendukung utama aliran “budaya sebagai sistem simbolik” berpendapat, masalah tentang analisa budaya sebanyak masalah dalam menentukan kebebasan sebagai keterikatan, teluk juga jembatan. Citra yang cocok, kalau seseorang harus punya tentang budaya organisasi, bukan jaring laba-laba atau gundukan pasir. Penggunaan gurita oleh Geertz sebagai metafora untuk memahami kebudayaan, bahwa kebudayaan ditata sekaligus tak tertata pada waktu yang bersamaan.
Keesing berargumen bahwa ada beberapa masalah dengan kedua pendekatan pokok atas kebudayaan. Pandangan kebudayaan sebagai sistem adaptif bisa mengarahkan kita pada reduksi kognitif, sementara pandangan kebudayaan sebagai sistem simbolik bisa mengarahkan kita untuk melihat dunia simbol budaya sebagai hal yang secara semu seragam. Untuk mengatasi permasalahan dalam kedua tipe definisi tersebut, Keesing meminjam pembedaan antara kompetensi dan performasi linguistik untuk menjelaskan kebudayaan. Keesing menunjukan bahwa kebudayaan harus dipelajari dalam latar sosial dan ekologis, dimana di dalamnya manusia berkomunikasi satu sama lain. Rohner (1984) berpendapat bahwa seorang individu adalah anggota kelompok masyarakat, seorang individu berpartisipasi dalam sistem sosial dan saling berbagi kebudayaan.
Keesing (1974) menekankan bahwa budaya merupakan teori mengenai “permainan yang dimainkan” dalam masyarakat. Secara umum dia mengemukakan bahwa kita sangat tidak sadar akan aturan-aturan permainan yang sedang dimainkan, tapi kita berperilaku seolah-olah ada kesepakatan umum mengenai aturan-aturan itu. Sebagai ilustrasi, jika kita bertemu dengan orang asing dari Mars dan orang itu (Martian) meminta kita untuk menjelaskan mengenai aturan-aturan dari budaya kita, kita mungkin tidak bisa mendeskripsikan banyak hal mengenai aturan itu karena kita sangat tidak sadar akan aturan-aturan itu.
Keesing (1974) berpendapat bahwa kita menggunakan teori kita mengenai permainan yang dimainkan untuk menginterpretasikan sesuatu yang tidak lazim yang kita jumpai. Kita juga menggunakan teori dalam berinteraksi dengan orang lain yang kita temui dalam masyarakat kita. Keesing juga menjelaskan bahwa anggota-anggota suatu budaya sama sekali tidak memiliki secara tepat pandangan yang sama tentang budaya. Tidak satu individupun mengetahui semua aspek budaya, dan tiap orang mempunyai pandangan yang khas tentang budaya. Meskipun demikian, teori-teori yang dianut bersama oleh anggota-anggota suatu budaya berbagi, betapapun, cukup bertumpang-tindih sehingga mereka bisa mengkoordinasikan prilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari.
* Gudykunst, William B., Ting-Toomey, Stella. Communication in Personal Relationships Across Cultures: An Introduction, dalam Communication in Personal Relationships Across Cultures, William B. Gudykunst et al. (ed.). Thousan Oaks: Sage Publications.
Sumber:
- Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja
- Ilmu Komunikasi suatu Pengantar, Dedy Mulyana
- Communication Between Cultures, Larry A. Samovar & Richard E. Port
- Komunikasi Dan Budaya, Heru Sutadi
- humaspdg.files.wordpress.com/2010/05/0akulturasibudaya.jpg
- Komunikasi Dan Budaya, Heru Sutadi
- humaspdg.files.wordpress.com/2010/05/0akulturasibudaya.jpg
Model - Model Komunikasi
Model sebagai cara menunjukkan sebuah objek, yang didalamnya dijelaskan kompleksitas suatu proses, pemikiran dan hubungan antara unsur – unsur yg mendukungnya.
Model sebagai penyederhanaan teori yg disajikan dalam bentuk gambar. Sebagai alat bantu, mempermudah penjelasan fenomena komunikasi dengan mempresentasikan secara abstrak.
Fungsi Model Komunikasi
- Melukiskan proses komunikasi
- Menunjukkan hubungan visual
- Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi
- Mengetahui suatu hal secara keseluruhan mununjukkan fakta metode baru yg tidak diketahui
- Memperkirakan tentang hasil atau akibat yg akan dicapai
- Menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian informasi yg sederhana
Model Dasar Komunikasi
1. Model Komunikasi Linear (Satu Arah)
Model ini didasari paradigm stimulus - respons. Komunikan akan memberikan respons sesuai stimulus yg diterima.
Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pasif menerima pesan, pesan berlangsung 1 arah dan relative tanpa umpan balik, dan karenanya di sebut linear.
2. Model Komunikasi Sirkuler (Dua Arah)
Model ini menyatakan adanya umpan balik dengan intensitas yg lebih tinggi, dimana kedudukan antara komunikator dan komunikan relatif setara.
3. Model Komunikasi Spiral
Model spiral menggambarkan bagaimana aspek – aspek yg berbeda dari suatu proses komunikasi terus berubah dan berkembang dari waktu ke waktu.
Model – Model Penganut Komunikasi
- Model Aristoteles
- Model Lasswell
- Model Shannon


Komunikasi Nonverbal
Definisi dan Batasan Komunikasi Nonverbal
Secara sederhana, komunikasi nonverbal dapat didefinisikan sebagai berikut, Non berarti tidak, verbal bermakna kata-kata (words), sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa kata-kata.
Menurut Adler dan Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication, batasan yg sederhana tersebut merupakan langkah awal untuk membedakan apa yg disebut dengan vocal communication yaitu tindak komunikasi yg menggunakan mulut dan verbal communication yaitu tindak komunikasi yg menggunakan kata-kata. Dengan demikian, definisi kerja dari komunikasi nonverbal adalah pesan lisan dan bukan lisan yg dinyatakan melalui alat lain di luar alat kebahasaan.
Perbedaan antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Antara komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yg tidak dapat dipisahkan, dalam arti, kedua bahasa tersebut bekerja bersama-sama untuk menciptakan suatu makna. Namun, keduanya juga memiliki perbedaan-perbedaan. Dalam pemikiran Don Stacks dan kawan-kawan, ada 3 perbedaan utama di antara keduanya yaitu, kesengajaan pesan (the intentionality of the message), tingkat simbolisme dalam tindakanatau pesan (the degree of symbolism in act or message), dan pemrosesan mekanisme (processing mechanism). Uraiannya:
A Kesengajaan (intentionality)
Satu perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah persepsi mengenai niat (intent). Pada umumnya ini menjadi lebih penting ketika kita membicarakan lambing atau kode verbal.
B. Perbedaan-perbedaan simbolik (symbolic difference)
Kadang-kadang niat atau intent ini dapat dipahami karena beberapa dampak simbolik dari komunikasi kita. Misalnya, memakai pakaian dengan warna atau model tertentu, mungkin akan dipahami sebagai suatu ‘pesan’ oleh orang lain.
Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa nonverbal, dalam arti ia dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yg sama dalam sebuah cara yg berubah-ubah, sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau emosi.
C. Mekanisme pemrosesan (processing mechanism)
Semua informasi termasuk komunikasi diproses melalui otak, kemudian otak kita menafsirkan informasi ini lewat pikiran yg berfungsi mengendalikan perilaku-perilaku fisiologis (reflex) dan sosiologis (perilaku yg dipelajari dan perilaku sosial).
Jenis – jenis komunikasi nonverbal
~ Komunikasi Objek
Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara berpakaiannya menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan seseorang yang berpakaian cenderung lebih mudah mendapat pekerjaan daripada yang tidak. Contoh lain dari penggunaan komunikasi objek adalah seragam.
~ Sentuhan
Haptik adalah bidang yang mempelajari sentuhan sebagai komunikasi nonverbal. Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif.
~ Kronemik
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).
~ Gerakan Tubuh
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, misalnya memukul meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau menngendalikan jalannya percakapan; atau untuk melepaskan ketegangan.
Contoh paling menonjol lihat video Pantonin yang saya lampirkan di bawah ini
Contoh paling menonjol lihat video Pantonin yang saya lampirkan di bawah ini
~ Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti "mm", "e", "o", "um", saat berbicara juga tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus dihindari.
sumber: Teori Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja,dkk, video youtube
Komunikasi Antar Pribadi
Definisi Komunikasi Antar Pribadi
Definisi komunikasi antar pribadi dapat di lihat dari 3 perspektif, yaitu:
1. Perspektif Komponensial
Yaitu, perspektif yang memahami komunikasi antar pribadi dengan melihat komponen – komponennya. Komunikasi antar pribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara 2 orang atau diantara sekelompok kecil orang dengan berbagai efek dan umpan balik.
2. Perspektif Pengembangan
Menurut perspektif ini, komunikasi adalah suatu proses yg berkembang, yaitu dari yg bersifat impersonal meningkat menjadi interpersonal atau intim.
3. Perspektif dilihat dari hubungannya
Dalam pandangan ini, komunikasi antar pribadi didefinisikan sebagai komunikasi yg terjadi di antara 2 orang yg mempnyai hubungan yg terlihat jelas di antara mereka. Melalui komunikasi antar pribadi, hubungan diantara 2 orang dapat dibentuk.
Tujuan Komunikasi Antar Pribadi
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain
Komunikasi antar pribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri. Dengan memperbincangkan tentang diri kita pada orang lain, kita akan membuat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.
2. Mengetahui dunia luar
Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik, yakni tentang obyek, kejadian – kejadian orang lain. Banyak informasi yg kita miliki sekarang berasal dari interaksi antar pribadi.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna
Sebagian besar waktu yg kita gunakan dalam komunikasi antar pribadi bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain.
4. Mengubah sikap dan perilaku
Dalam komunikasi antar pribadi sering kita berupaya mengubah sukap dan perilaku orang lain. Melalui komunikasi antar pribadi kita mempersuasi orang lain.
5. Bermain dan mencari hiburan
Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Bercerita dengan teman tentang kegiatan akhir pecan, membicarakan olah raga, menceritakan kejadian – kejadian lucu, dan pembicaraan – pembicaraan lain yg hampir sama merupakan kegiatan yg bertujuan untuk memperoleh hiburan.
6. Membantu
Dengan menceritakan masalah kita pada orang lain. Maka akan mendorong orang lain membantu memecahkan masalah kita.
Efektifitas Komunkasi Antar Pribadi
A. Dari Perspektif Humanistik
Perspektif ini menekankan keterbukaan, empati, perilaku suportif, dan kesamaan. Pada umumnya sifat – sifat ini akan membantu interaksi menjadi lebih berarti, jujur, memuaskan.
B. Dari Perspektif Pragmatis
Perspektif pragmatis atau perilaku, menekankan manajemen interaksi, kebersamaan, dan sifat – sifat umum yg membantu mencapai berbagai tujuan yg diinginkan dalam komunikasi antar pribadi.
Sumber:
- Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja
- Ilmu Komunikasi suatu pengantar, Dedy Mulyana
- Komunikasi antar manusia, Joseph A. Devito
Komunikasi Massa
Komunikasi Massa adalah proses dimana organisasi media memproduksi dan menyampaikan pesan kepada khalayak yg luas dimana pesan media tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh khalayak. Dengan kata lain, komunikasi dilakukan melalui media massa seperti radio, surat kabar, TV, internet, dan sebagainya.
Proses Komunikasi Massa
Proses komunikasi media massa dibagi menjadi dua berdasarkan medianya, yaitu:
a. Media Elektronik
menggunakan media elektronik dan bentuk pesan dari proses ini adalah,
1. Radio / Audio: proses dari pesan ini lebih mudah daripada televisi, karena pada televisi sudah ada jadwal – jadwal tertentu yg di-booking oleh sponsor.
2. Visual / Gambar / Foto: menggunakan foto untuk berkomunikasi dengan massa.
3. Audiovisual: penayangan gambar disertai narasi, contohnya televisi.
b. Media Cetak
Kelebihan media cetak adalahmampu menjabarkan hal – hal yg rumit hingga detail, sehingga lebih banyak mendapat respon dari khalayak.
Fungsi Komunikasi Massa
A. Fungsi terhadap masyarakat
Menurut Lasswell dan Wight, ada 4 komunikasi massa, yaitu:
1. Pengawasan Lingkungan
Fungsi ini merujuk pada upaya pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai berbagai peristiwa yg terjadi di dalam dan di luar lingkungan suatu masyarakat.
2. Kolerasi antara bagian dalam masyarakat untuk menanggapi lingkungannya.
Fungsi ini meliputi interpretasi terhadap informasi dan preskripsi (memberi petunjuk atau alternative) untuk mencapai consensus dalam upaya mencegah akibat – akibat yg tidak diinginkan yg terjadi karena adanya informasi tentang lingkungan tersebut.
3. Sosialisasi
Fungsi ini merujuk pada upaya transmisi dan pendidikan nilai – nilai atau norma – norma dari suatu generasi ke generasi berikutnya atau dari suatu kelompok masyarakat hingga kepada anggota kelompoknya yg baru.
4. Hiburan
Fungsi ini merujuk pada upaya komunikasi yg bertujuan memberikan hiburan kepada masyarakat luas.
B. Fungsi terhadap individu
Menurut Samuel L. Becker, ada 7 fungsi komunikasi massa bagi individu, yaitu:
1. Pengawasan / Pencarian Informasi
Segala informasi yg menyangkut keidupan manusia selalu dilaporkan oleh media massa. Oleh karena itu, dengan mengetahui segala informasi tentang apa saja akan dapat membantu sesorang dalam berbuat sesuatu dalam mengambil keputusan dan lebih memiliki kepercayaan dalam perilakunya.
2. Mengembangkan konsep diri
Setiap individu akan selalu mencari / mengeksplorasi segala informasi yg berhubungan dengan pekerjaanya atau profesinya.
3. Fasilitas dalam hubungan sosial
Media massa membantu kita dalam pergaulan sosial. Hal ini dimungkinkan karena media massa menyediakan topik - topik yg dapat menjadi bahan pembicaraan hangat dalam pergaulan kita dengan orang – orang lain.
4. Subtitusi dalam hubungan sosial
Aspek – aspek psikologis dalam hubungan sosial kita sering kali dapatkan dalam isi pesan media massa.
5. Membantu melegakan emosi
Dari berbagai berita yg dimuat oleh media massa seperti surat kabar, radio, film, atau televisi kita seringkali terhanyut dalam suasana menyenagkan, merasa puas, atau bahkan tertawa dibuatnya.
6. Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan
Dalam menghadapi pekerjaan sehari – hari, kita seringkali mengalami ketegangan / stress, bahkan kita seringkali terasing dari pergaulan dengan lungkungan sekitar kita, dalam kondisi ini kita akan mencari tempat pelarian dengan cara membaca koran, mendengarkan siaran msik radio, menonton televisi, atau pergi menonton film.
7. Sebagai bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi
Dalam kehidupan rutin kita sehari – hari, media massa telah mengisi sebagian dari kebutuhan hidup.
Sumber:
Sumber:
- Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja
- Ilmu Komunikasi, Daryanto
Prinsip Dasar Komunikasi yang Efektif
~ Karakteristik Sumber
~ Karakteristik Saluran Komunikasi
Sumber merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan komunikasi. Dalam hal ini, ada 3 (tiga) karakteristik sumber yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Credibility (kredibilitas)
Menunjuk pada suatu kondisi di mana si sumber dinilai mempunyai pengetahuan, keahlian, atau pengalaman yang relevan dengan topik pesan yang disampaikannya, sehingga pihak penerima menjadi percaya bahwa pesan yang disampaikannya itu bersifat objektif.
b. Attractiveness (daya tarik)
Apabila sumber dinilai “menarik” oleh penerima, maka upaya meyakinkan dan persuasi akan lebih cepat berhasil karena adanya proses identifikasi dalam diri pihak penerima.
c. Power (kekuasaan/kekuatan)
Secara umum dapat terjadi dalam empat cara, diantaranya kharisma, wibawa otoritas, kompetensi atau keahlian, compliance atau pemenuhan.
Dengan demikian dari segi sumber keberhasilan komunikasi ditentukan oleh kredibilitas, daya tarik, serta kekuatan/kekuasaannya untuk mempengaruhi pihak penerima.
~ Bentuk dan Teknik Perjanjian Pesan
Bentuk dan teknik penyajian pesan pada dasarnya mencakup 2 (dua) aspek: struktur dan daya tarik (appeals). Struktur pesan menunjuk pada cara mengorganisasikan elemen-elemen pokok dari pesan. Cara pengaturan struktur pesan mencakup 3 (tiga) hal:
1. Sisi pesan (Message sidedness)
Pesan dapat di susun secara satu sisi (one sided) atau dua sisi (two sided). Penyusunan yang satu sisi memberikan penekanan hanya pada posisi kepentingan pihak pengirim pesan. Biasanya yang ditonjolkan hanya hal-hal yang menyangkut kekuatan/kelebihan atau aspek positif dari suatu ide atau produk yang akan dikomunikasikan. Sementara pada penyusunan pesan yang bersifat dua sisi (two sided), disamping segi kekuatan dan aspek positif hal-hal yang merupakan kekurangan/kelemahan atau aspek-aspek negative dari suatu ide atau produk yang akan dikomunikasikan juga ditampilkan.
2. Urutan Penyajian (Order of presentation)
Climax versus anti climax order berkaitan dengan teknik penyajian pesan yang bersifat satu sisi (one sided). Model climax order menunjuk pada cara penyusunan pesan, dimana argument terpenting/terkuat dari isi pesan ditempatkan pada bagian akhir. Jika argument tersebut ditempatkan pada bagian awal, disebut sebagai anti climax order, semenjtara jika ditempatkan di tengah-tengah disebut sebagai pyramidal order. Recency and primacy model berkaitan dengan penyajian pesan yang bersifat dua sisi (two sided). Primacy model menunjuk pada teknik penyajian atau penyusunan pesan di mana spek-aspek positif kekuatan dari ide satu produk ditempatkan pada bagian awal, jika aspek-aspek positif/kekuatan dari ide atau produk tersebut ditempatkan di bagian akhir disebut recency model.
3. Penarikan kesimpulan (Drawing a conclusion)
Penarikan kesimpulan atas isi penjelasan tentang suatu ide atau produk yang dikomunikasikan dapat dilakukan secara langsung dan jelas (eksplisit) dalam arti bahwa dapat juga dilakukan secara tidak langsung (implisit) dalam arti bahwa penarikan kesimpulan diserahkan kepada pihak khalayak sendiri.
Sementara itu, ada 4 (empat) pendekatan yang dapat dipergunakan agar penyajian pesan menarik perhatian khalayak. Keempat pendekatan tersebut adalah: fear appeals, Rational appeals, emotional appeals, dan pendekatan humoris.
~ Karakteristik Saluran Komunikasi
Terdapat tiga saluran komunikasi yang dapat dipergunakan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat: saluran komunikasi personal, media massa dan media tradisional. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Kombinasi penggunaan dari ketiga saluran komunikasi tersebut akan menghasilkan dampak yang lebih optimal.
Pemilihan satu atau beberapa media sebaiknya didasarkan atas 2 (dua) pertimbangan. Pertama, pertimbangan yang menyangkut karakteristik media. Kedua, pertimbangan yang menyangkut karakteristik isi dan penyajian pesan yang akan disampaikan (karakteristik kreatif).
~ Karakteristik Khalayak
Khalayak (audience), juga merupakan faktor penentu keberhasilan komunikasi. Karena, bagi komunikasi tentunya patokan keberhasilan upaya komunikasi yang di lakukan itu merupakan pesan-pesan yang disampaikan melalui suatu saluran medium dapat diterima/sampai ke khalayak sasaran, dipahami dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan harapan"si komunikator. Khalayak bukanlah merupakan sekumpulan dari individu-individu yang bersikap dan bertindak “pasif”. Mereka aktif dan juga selektif. Terhadap isi pesan yang sama, boleh jadi akan terdapat perbedaan-perbedaan di kalangan khalayak mengenai perhatian, pemahaman, tanggapan serta tindakan yang timbul. Dalam hal ini Schramm (1974) menyatakan dengan tegas bahwa seorang perancang komunikasi yang baik tidak akan memulai upayanya dari "apa yang harus dikatakan", “saluran apa yang akan dipergunakan”, atau "bagaimana cara mengatakannya", melainkan terlebih dahulu mempertanyakan "Siapa yang akan menjadi saluran penyampaian pesan". Dalam proses komunikasi massa (komunikasi melalui media massa) irmplikasi dari pernyataan Schramm tersebut bahwa sebelum komunikasi mempengaruhi khalayak melalui pesan-pesan yang disebarluaskannya, khalayak telah terlebih dahulu mempengaruhi komunikator. Komunikator akan berubah mengumpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari para warga khalayak yang akan dijadikan sasarannya. Atas dasar hal-hal inilah baru komunikator. Komunikator akan berusaha menyimpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari para warga khalayak yang akan dijadikan sasarannya. Atas dasar hal-hal inilah baru komunikator akan dapat menentukan "apa" yang akan disampaikan dan "bagaimana" cara menyampaikannya.
Sumber: Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja
Langganan:
Postingan (Atom)